"Keterlaluan sekali sebuah patung Buddha di atas sebuah vihara akan diturunkan karena tekanan sekelompok masyarakat" - @BaraHasibuan (politikus PAN)
Di atas merupakan satu diantara ribuan respons atas pemberitaan protes terhadap keberadaan patung Buddha di atas sebuah vihara di daerah tanjung Balai. Namun, ini bukan kali pertama sebuah isu yang sedang berkembang direspon dan mengundang banyak komentar di ranah maya. Sebelumnya Indonesia sempat dihebohkan dengan adanya berita dari FPI (Front Pembela Islam) yang memprotes berlangsungnya
Q Film Festival yang bertemakan LGBTIQ (
Lesbian Gay Bisex Transgender Intersex Questioned)
Rights dengan mengadakan aksi anarkis ke tempat pemutaran film. Hal ini ternyata mengundang berbagai kecaman dari para selebtwit (selebritis twitter) yang memiliki latar belakang beragam, diantaranya aktivis Jaringan Islam Liberal (JIL); Ulil Abshar Abdalla maupun dari kalangan pers, pendiri Tempo; Goenawan Moehammad.
Secara tidak langsung kita dapat melihat adanya fenomena sosial atas keberadaan situs
microblogging dalam memantau isu yang sedang berkembang di Indonesia. Baik orang awam, pers, politikus, hingga ibu rumah tangga bebas mengekspresikan idenya dalam 140 karakter atau me-
retweet tweet yang dianggap bermanfaat. Kalaupun merasa tidak nyaman untuk melakukan
personal branding, dapat juga membuat
account twitter dengan nama samaran atau membuat karakter baru yang dirasa lebih merepresentasikan diri kita (Contoh: @treespotter. @provokatrok, @kafirliberal).
Dengan adanya situs
microblogging ini, isu yang sedang berkembang dan berita-berita dapat diakses dengan lebih efektif dan cepat sehingga respon atas berbagai isu terkini pun tentu lebih cepat dibanding hanya membaca koran maupun menonton televisi. Oleh karena itu tidak jarang banyak orang kini cenderung lebih memilih twitter sebagai sumber informasi (berita, isu, tips, dll.). Situs
microblogging seringkali menyajikan info terkini jauh lebih cepat tapi keakuratannya seringkali dipertanyakan, seperti saat isu tentang meninggalnya salah seorang maestro musik indonesia, alm. Gesang yang saat itu masih hidup.
Sebagai salah satu
twitter freak, saya sendiri sangat merasakan kedua dampak twitter dalam kehidupan pribadi dan sosial saya. Positifnya, twitter memberikan alternatif s
ource of information yang sangat luas cakupannya (karena sumber berita tidak hanya dari pers tapi juga
citizen journalist) serta dapat memberikan alternatif hiburan dengan isi
tweet yang segar dan jenaka (@
poconggg, @provokatrok, maupun @
soalBOWBOW) di sela-sela kesibukan yang mencekik.
Namun selain sisi positif, twitter sebagai salah satu situs
microblogging yang sangat populer terutama di indonesia pun memiliki sisi negatif. Negatifnya, banyak pihak yang sering melakukan penyalahgunaan twitter sebagai situs
microblogging sebagai sarana melakukan
hate speech atau
blackmailing.
Lalu, apa sebenarnya dampak twitter yang menjadi wadah berekspresi bagi sebagian besar masyarakat ini terhadap perkembangan Indonesia? Dengan berperan sebagai wadah bagi setiap individu maupun kelompok untuk bebas berekspresi, tentunya hal ini menunjukkan kepedulian sejumlah masyarakat atas berbagai isu yang beredar melalui twitter. Tentunya twitter dapat dibilang meningkatkan awareness masyarakat Indonesia dengan konsep yang serupa dengan
word of mouth (
word of tweet). Dengan meningkatnya
awareness masyarakat tentang suatu isu yang sedang berkembang, maka diharapkan rakyat Indonesia pun dapat lebih proaktif dalam memantau isu sosial yang ada, bahkan mengawasi kinerja pemerintahan Indonesia.
Akhir kata, twitter sebagai salah satu situs microblogging yang sedang happening di Indonesia memiliki peran sebagai pemantau efektif isu yang sedang berkembang di Indonesia sehingga mampu merepresentasikan suara sebagian besar masyarakat Indonesia terhadap suatu isu yang muncul. Twitter telah menjadi wadah yang sangat efektif bagi masyarakat agar lebih peduli dan ikut serta memantau jalannya pemerintahan Indonesia serta menanggapi berbagai isu baik isu politik, agama, sosial, maupun budaya.
Happy tweeting!