Monday, June 21, 2010

Gw Pake Kawat Gigi (lagi)

Kayaknya emang hidup gw ga bisa lepas dari kawat gigi deh.

Tapi gw pasang lagi juga bukan buat gaya-gayaan doang loh (meski dicela abis-abisan sama mama). Ternyata setelah lepas satu tahun, susunan gigi bawah bagian depan gw balik seperti semula (sedikit berantakan) dan setelah gw perhatikan, itu kayaknya genetis deh. Mama, Papa, dan Abang gw susunan gigi bawah bagian depannya kayak gitu semua.

Oiya, FYI, kalo kemaren gw pasang kawat gigi sama drg. Emilia J. Siswanto, sekarang gw pasang sama temen. Yang berminat boleh komen, ntar gw kasi tau tarifnya. Sangat murah dibanding dengan pasang kawat gigi dimanapun menurut gw (yang pasang ini bukan tekniker gigi, perawat gigi, atau ahli gigi loh).

Sejauh ini, gw pake gigi gw juga mulai rapi bagian bawah depannya. :D

Foto menyusul deh.

Monday, June 7, 2010

Perspective

Our life as humans will never be simple, it has been always complicated. No need to deny it, just live it.

All of our problems are not always bad. Yes, it does make us sad, gloomy, or stressful. But with all the problems, we can see how far we can endure. We can also learn to endure, to face the 'real' world.

So far, I've been living for almost 20 years, it is the first time for me to learn that you can't always get what you want. There are so many things that are beyond our reach.

Faces many people: different races, different characters.

Everyone's competing to be the Right one. Right with R capital.

But who really knows? It's God, the believers said.
But we can't see Him, only feel Him.
And everyone knows that 'Feel' is also something that we can't see. So it must be different for each person.

How each person really feels about the Right one, is often being interpreted by others as the wrong one.

So life, for me, is all about how we see it. It's about the perspective.

Who's lost?

Kali ini posting dalam bahasa Indonesia aja deh, mengajak semua pengunjung blog maupun teman-teman di Facebook untuk berbagi pendapat maupun pengalaman masing-masing.

DISCLAIMER:
Post blog ini tidak bermaksud menyinggung siapapun, dan ditujukan untuk khalayak umum agar dijadikan bahan diskusi.

Sebagian besar diantara yang membaca saya yakin tentu pernah lalai dalam menunaikan ibadah agamanya masing-masing. Untuk muslim, pasti ada yang pernah lalai dalam sholat 5 waktunya, dan bagi umat kristiani pasti juga ada yang pernah tidak ikut misa mingguan, dan juga umat beragama lainnya.

Tentu tidak semua orang sangat religius dalam setiap aktivitas dalam hidupnya. Pertanyaan saya: apakah untuk berpendapat, membagi pengalaman maupun pengetahuan (walau hanya sedikit), orang tersebut haruslah orang yang 'alim'? haruskan mereka yang boleh berpendapat hanyalah orang-orang dengan dahi yang sedikit hitam? orang-orang yang berjilbab? yang selalu bertutur kata halus lembut dan memuji Tuhannya?

Untuk yang muslim misalnya, apakah semua kata-kata Kyai, Ustadz, maupun Ustadzah sudah pasti benar? Saya juga yakin pasti ada beberapa orang yang pernah membagi pengalaman/ pengetahuannya tentang agama yang kemudian dihardik (walaupun bercanda) dengan kata-kata: "emangnya kamu ustadz?" atau "pesantren dimana sih?" atau yang lebih kasar lagi "tau apa sih kamu tentang agama?".

Beda pendapat sedikit, langsung diserang dengan dibilang ajaran sesat lah, ke gereja/masjid/vihara aja jarang lah.

Alih-alih membenarkan atau mencoba memberi arahan (jika memang yang kita pikir itu benar), yang ada kita malah dihardik dan dicap sebagai orang yang 'salah' atau 'menyesatkan'.

Semua manusia itu pasti pernah khilaf, pernah salah. Tapi apakah kita harus menyikapi kesalahan sesama saudara kita (bukan hanya saudara seiman, namun sesama manusia) dengan sinis dan penuh praduga? Kalau memang begitu adanya, berarti kita sendiri adalah orang yang takabur dan berpikiran sempit.

Daripada mengejek orang, lebih baik kita bertanya kepada diri kita sendiri? Siapa sih kita? Begitu agungkah kita, sehingga kita bisa mencela orang lain yang mungkin lebih membutuhkan arahan kita daripada cercaan kita? Bercerminlah, bahwa mereka dan kita adalah sama; manusia, yang senantiasa dapat berbuat salah.

Saya yakin setiap agama selalu mengajarkan kita untuk saling membimbing sesama umat agamanya ke jalan yang Benar. Ingat, membimbing, bukan memerintah.

Disini muncullah pertanyaan: siapakah sebenarnya yang tersesat? Yang berpendapat atau yang mencela pendapat orang tersebut?

Apakah semua akan selesai dengan cercaan, ejekan, atau kutukan?


Wednesday, June 2, 2010

Confession of a broken heart

I love you.
You (said) you love me.
You said that you care.
You said you would die for me.

But then, I know.
That I'm not the one.

I don't know how long I can take this.
Right now, I'm drowning with tears.
Never ending tears in my heart.

You hurt me, and you left the scar.
I've tried to ignore the pain, but now you open the wound again.