Monday, June 7, 2010

Who's lost?

Kali ini posting dalam bahasa Indonesia aja deh, mengajak semua pengunjung blog maupun teman-teman di Facebook untuk berbagi pendapat maupun pengalaman masing-masing.

DISCLAIMER:
Post blog ini tidak bermaksud menyinggung siapapun, dan ditujukan untuk khalayak umum agar dijadikan bahan diskusi.

Sebagian besar diantara yang membaca saya yakin tentu pernah lalai dalam menunaikan ibadah agamanya masing-masing. Untuk muslim, pasti ada yang pernah lalai dalam sholat 5 waktunya, dan bagi umat kristiani pasti juga ada yang pernah tidak ikut misa mingguan, dan juga umat beragama lainnya.

Tentu tidak semua orang sangat religius dalam setiap aktivitas dalam hidupnya. Pertanyaan saya: apakah untuk berpendapat, membagi pengalaman maupun pengetahuan (walau hanya sedikit), orang tersebut haruslah orang yang 'alim'? haruskan mereka yang boleh berpendapat hanyalah orang-orang dengan dahi yang sedikit hitam? orang-orang yang berjilbab? yang selalu bertutur kata halus lembut dan memuji Tuhannya?

Untuk yang muslim misalnya, apakah semua kata-kata Kyai, Ustadz, maupun Ustadzah sudah pasti benar? Saya juga yakin pasti ada beberapa orang yang pernah membagi pengalaman/ pengetahuannya tentang agama yang kemudian dihardik (walaupun bercanda) dengan kata-kata: "emangnya kamu ustadz?" atau "pesantren dimana sih?" atau yang lebih kasar lagi "tau apa sih kamu tentang agama?".

Beda pendapat sedikit, langsung diserang dengan dibilang ajaran sesat lah, ke gereja/masjid/vihara aja jarang lah.

Alih-alih membenarkan atau mencoba memberi arahan (jika memang yang kita pikir itu benar), yang ada kita malah dihardik dan dicap sebagai orang yang 'salah' atau 'menyesatkan'.

Semua manusia itu pasti pernah khilaf, pernah salah. Tapi apakah kita harus menyikapi kesalahan sesama saudara kita (bukan hanya saudara seiman, namun sesama manusia) dengan sinis dan penuh praduga? Kalau memang begitu adanya, berarti kita sendiri adalah orang yang takabur dan berpikiran sempit.

Daripada mengejek orang, lebih baik kita bertanya kepada diri kita sendiri? Siapa sih kita? Begitu agungkah kita, sehingga kita bisa mencela orang lain yang mungkin lebih membutuhkan arahan kita daripada cercaan kita? Bercerminlah, bahwa mereka dan kita adalah sama; manusia, yang senantiasa dapat berbuat salah.

Saya yakin setiap agama selalu mengajarkan kita untuk saling membimbing sesama umat agamanya ke jalan yang Benar. Ingat, membimbing, bukan memerintah.

Disini muncullah pertanyaan: siapakah sebenarnya yang tersesat? Yang berpendapat atau yang mencela pendapat orang tersebut?

Apakah semua akan selesai dengan cercaan, ejekan, atau kutukan?


No comments: