Friday, December 23, 2011

Hari Ibu: Cerita tentang Mama

Kemarin, tepatnya 22 Desember 2011, semua orang mulai heboh membicarakan dan (mungkin) merayakan hari Ibu. Entahlah, mungkin memang ada yang salah dengan saya, atau memang pandangan saya memang benar adanya. 

Saya sama sekali tidak tersentuh dengan berbagai macam ucapan, tweet, status, ataupun pesan yang disampaikan oleh orang banyak tentang hari Ibu ataupun tentang Ibu mereka. Saya tidak bilang bahwa saya tidak sayang dengan Ibu saya. Saya sayang. Tapi dengan cara saya sendiri.

Makin lama, saya justru makin muak dengan banjir "hari Ibu" kemarin. Saya memilih untuk diam dan tidak mengucapkan selamat hari Ibu sama sekali. Toh, hampir setiap mendengar suaranya di telepon nafas mulai sesak dan mata berair.

Saya mengucapkan selamat hari Ibu hanya dalam hati. Berharap semua yang Mama (panggilan saya untuk Ibu saya) harapkan dan butuhkan dapat terpenuhi. Saya sering sekali kebingungan mau memberi apa pada Mama. Kalau ada uang lebih, percayalah, saya lebih sering terpikir membeli sesuatu untuk Mama, Papa, Abang, dan seseorang. Tapi saya tahu bahwa yang Mama mau itu bukan barang, bukan juga uang (walau Mama sudah biasa bercanda "bagi dong duitnya.."). Sekarang saya paham, yang orang tua mau itu adalah supaya anaknya bisa hidup lebih baik daripada mereka. 

Sedikit curhat nih :p
Saya terlahir di keluarga sederhana yang sudah terbiasa hidup hemat. Sangat hemat malah (paling tidak di mata orang-orang sekitar). Papa saya seorang pensiunan BUMN yang sekarang membuka usaha Tour&Travel, Mama adalah seorang ibu rumah tangga. Jalan pembuka hidup saya adalah beasiswa penuh untuk berkuliah S1 yang sampai sekarang masih saya jalani. Itu mungkin kado pertama saya buat mereka. Kado kecil dibandingkan dengan yang sudah mereka berikan.

Bicara tentang Mama, beliau itu orangnya mirip sekali sama Abang saya. Baik, fisik maupun sifat. Saya, katanya waktu kecil cetakannya Papa, tapi makin gede, jadi gak jelas (gak mirip siapa-siapa). :D
Soal sifat, sama, campur-campur juga. Blended. Nah, saya sama Mama itu hubungannya gak seperti Ibu-Anak, bukan juga Kakak-Adik, saya dan Mama itu seperti Teman. Sering sekali berantem, sering juga bercanda gelitikan dan guyon gak jelas. Selera berpakaian? Hampir sama. Hmm.. Apalagi ya. Banyak deh.

Mama itu orangnya pembersih. Risih sekali sama berantakan dan barang nganggur. Salah satu sumber keributan di rumah saya ya ini. Sifat saya dan Papa yang sayang banget sama barang, sementara Mama sukanya membuang barang secepatnya jika menurut dia sudah gak berguna.

Mama saya mendidik anak-anaknya dengan cara yang unik. Yang menurut saya bisa menjadikan saya orang yang mandiri dan fleksibel. Mama saya gak pernah melarang atau membuat aturan-aturan yang panjang lebar. Saya ingat sekali omongan Mama yang ini:
"Mama gak mau ngelarang ini itu, kalian tau mana yang bener mana yang salah"

Sejak kecil, saya dan Abang sudah diajarkan untuk mandiri dan bertanggung jawab. Percaya gak sih waktu saya kecil (balita), waktu saya pup di kasur, saya disuruh membersihkan dan mencuci celana sendiri saat itu juga (tengah malam)? Hahahaha. Lucu kalau diingat. Tapi memang kata orang-orang juga waktu kecil, saya dan Abang itu kalem, nggak nyebelin. Anteng... Sampai jadi cucu favorit loh *bangga*

Tapi memang ada saat-saat dimana saya merasa bahwa Mama terlalu cuek, seolah gak sayang sama anaknya yang gak mirip sama dia ini *nyudut di pojokan* Nah, oleh karena itulah, saya suka senang dan bersyukur kalau saya sampai sakit parah seperti waktu kena gejala Tifus dan operasi bedah mikro rekonstruksi kemarin. Mama saya sampai terbang ke Jakarta buat nemenin saya yang tergeletak lemas kena Tifus di kosan. Dan waktu saya sadar setelah operasi, yang saya lihat itu wajah Mama yang lagi nangis, khawatir. Ah, beneran nangis ini *untung orang sebelah lagi gak ada* Beginilah, saya sekarang jadi bener-bener sensitif kalau bicara tentang Mama. Soalnya kemarin sebelum saya balik ke Jakarta, sempet berantem dan belum baikan. Hiks.

Maaf ya Ma, Selamat hari Mama! :D

*maaf panjang dan ngalor ngidul*

1 comment:

Anonymous said...

i feel u..

saya juga punya perasaan tersendiri kalau bicara soal mama.. yang bukan berarti ga sayang... tapi ada "sesuatu"...

yet, cant wet to be one :)